Karya Regita Maffida
Sulit Nabila terima semua keputusan itu.
Yang kini hilang tersapu angin senja.
Masih sulit pula untuk dia lupakan.
Suram dan seram jika dia ingat kembali.
Mungkin harus dia biarkan semua kenangan itu,
agar abadi oleh sang waktu.
Pagi ini cerah, hangat mentari yang bersinar dan sejuk embun di pagi itu membuat semangat untuk menuntut ilmu makin bertambah.Nabila percepat langkahnya. Seusai sekolah, ada ekstrakulikuler seni tari dan Nabila pun mengikutinya. Masih belum beranjak dari tempat duduknya. Dari arah belakang terdengar suara yang memanggil Nabila.
“Nabila, tunggu !”
Nabila pun melihat ke belakang “Kamu Raff, ada apa kok sampai tergesa-gesa ?” tanya Nabila penasaran.
“Emmm, ada yang mau kenalan sama kamu !”
“Tapi Raff, udah mau masuk kelas seni tarinya”
“Ya telat dikit kan gakpapa”.
Nabila tidak menjawabnya. Nabila bergegas pergi menuju kelas seni tari. Nabila simpan kata-kata Raffi tapi Nabila tidak memikirkannya disaat Nabila sedang mengikuti seni tari.
***
“Heyhey, mikirin siapa sih kamu?” Tanya Ega yang membuyarkan lamunan Nabila.
“Ha? Nabila gak mikirin apa-apa tuh!”
“Kok ngelamun sih? Haaa, masih keinget ya sama kata-kata Raffi kemaren?”
“Ehh, apaan sih, mentang-mentang pacar Raffi terus kalian ngejek gitu, ahh gak asyiik”
“Yaya, Cuma bercanda kok”
Tiba-tiba Raffi datang menemui Nabila. Entah apa lagi yang akan ia sampaikan kembali. Nabila sendiri tidak berharap jika kata-kata itu lagi yang akan ia sampaikan.
“Bil, ikut yuk, dia mau ketemu kamu, tuh udah ditunggu di kantin” ajak Raffi.
“Ahh, engga ahh, biarin aja dia samperin”
“Kok gitu? Ya udah deh, ini kesempatan loh, kok malah kamu sia-siain” Ucapan Raffi didengar oleh Layla, yang juga saudara Raffi.
“Ehh, ada apaan nih, keliatannya seru! Ada apa sih Raff, kok gak bilang-bilang?”
“Gak ada apa-apa, udah nanti Nabila ceritain”
Bel masuk kelas pun berbunyi, Nabila segera masuk kelas. Dan Nabila mengikuti pelajaran yang berlangsung hingga usai. Pulang sekolah biasanya Nabila jalan sendiri, jarak rumah deket.
“Ciiye Bila” goda Layla
“Ada apa sih?” tanya Nabila penasaran.
“Tuh, orang yang di depan gerbang pake tas item ada corak biru, itu orang yang mau ketemu kamu.”
“Ha? Siapa dia? Namanya siapa?”
“Dia Tyo, anaknya pendiem banget, dia sahabat karib Raffi sama Adi”
Tanpa kata-kata apapun Nabila bergegas pulang, dalam perjalananku Nabila memfikirkan semua hal yang Layla beritahu tadi. Yah, Tyo, Nabila masih tidak menyangka kenapa dia mau bertemu, kenapa harus lewat temennya? Ah mungkin dia malu. Ya udahlah.
***
Hari ini mulai muncul kabar buruk, banyak yang menyangka bahwa Nabila ini adalah pacar Tyo, padahal bukan sama sekali. Nabila kenal sama dia aja baru kemarin. Di sela-sela pelajaran Nabila gunakan untuk menuliskan sebuah kata-kata. Sepertinya Nabila memang benar-benar jatuh hati pada Tyo, “ahhh, kenal langsung aja belum kayaknya mustahil deh” kata itu selalu muncul di benakNabila. Saat jam istirahat, Nabila selalu melewati kelasnya. Nabila selalu melihat tingkah lakunya, yang terkadang membuat Nabilatersenyum-senyum sendiri. Oh mungkin inikah cinta? Nabila pernah merasakannya tetapi Nabila tak ingin merasakannya lagi untuk saat ini.
Setelah mereka kenal begitu lama, Nabila mengenal dia dengan ramah, dengan baik, walaupun diantara mereka tak pernah ada satu perkataan. Tiba-tiba semua perasaan Nabila menjelma, berubah entahlah seperti apa isi otak Nabila. Nabila menyukainya, Nabila menyayanginya. Nabila yakin Tyo pun begitu, tapi Nabila tidak pernah percaya itu, Nabila tidak pernah percaya bila Tyo menyukaiNabila juga, Nabila hanya berharap begitu banyak padanya.
Hari ini ekstrakulikuler pramuka sebenarnya, Nabila sama Tyo mau bicara tapi dia tetap tidak mau. Dia tetap tak membuka kesempatan untuk perasaan mereka. Tapi Nabila masih yakin bila dia benar-benar mencintai Nabila. Sore itu Nabila hanya pulang dengan semua mimpinya yang telah pupus. Nabila tak membawa secuil harapan lagi untuk rasa Nabila ini.
***
Malam ini Nabila tulis surat untuk nya.
Nabila harap ada sedikit respon darinya. Dan respon itu tidak membuat Nabila patah hati dan patah semangat. Nabila tahu Tuhan pasti mengerti disetiap mimpi dan harapan Nabila.
Setelah selesai Nabila pun tidur. Hari ini Nabila sengaja bangun pagi, selain Nabila piket Nabila juga ingin melihatnya lebih awal, hehe. Nabila datang pertama di sekolah, datang pertama juga di kelas, Nabila langsung piket, bersihkan semuanya. Setelah selesai, Nabila kasih surat itu langsung ke dia. Nabila tak pernah mengira hal buruk apapun akan menimpa mereka setelah surat itu diabaca. Tiba-tiba Imma datang mengetuk pintu kelas Nabila. Dia meminta ijin dahulu, lalu memanggil Nabila untuk menemuinya. Nabila yang bingung, langsung saja Nabila menurut.
“Nih surat dari Tyo!” kata Imma sambil memberikan surat dari Tyo.
“Apa ini? Jawaban suratku tadi pagi ya?”
“Iyaa, baca aja, dia bilang dia minta maaf kalo udah nyakitin perasaan kamu, dia gak bermaksud kayak gitu, ya udah baca aja.”
“Iyaa, makasiih udah ngaterin suratnya, Nabila titip salam buat dia”
Seketika Nabila menangis, air mata ini sudah tak bisa Nabila tahan lagi. Tetes demi tetes mulai membasahi wajahnya. Lalu Nabilahapus lagi begitu pun seterusnya. Nabila masuk kelas dan Nabila lanjutkan pelajaran yang sempat tertunda, Nabila anggap saja ini semua tidak pernah terjadi.
“Ada apa sih, Bil?” Tanya Ega.
“Di.. dia.. dia udah jawab semuanya” kata Nabila terbata-bata
“Jawab apa? Bukannya diantara kalian itu tak pernah ada apa-apa?”
“Dia gak suka aku Ga, aku sih fine tapi kenapa sih yang nganter harus Imma, dulu pas kamu sama Raffi putus, Imma juga kan yang nganter?”
“Iya ya, kok aku lupa ya? Ya udah deh, kamu yang sabar aja, cowok itu gak cuma satu kok, gak cuma dia doang”
“Iyaa Ga, makasiih” jawab Nabila sambil mengusap air matanya
“Iya sama-sama”
***
Sulit menjalani hari tanpanya lagi, tapi ternyata hal itu membuat mereka menjadi bersahabat. Berbulan-bulan Nabila nanti jawabannya lagi. Tapi ternyata jawaban itulah yang sudah dia tetapkan. Nabila hanya pasrah, Nabila menangis, bagaimana tidak, jika seseorang yang Nabila sukai ternyata telah membuatnya menangis.
Nabila berharap suatu saat nanti Tuhan mempertemukan mereka, dan Tuhan izinkan mereka bersama. Jika Tuhan tidak mentakdirkan mereka bersama biarlah perasaan itu menjadi sebuah kenangan masa SMP mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar