Karya Syafika Nurhaliza
“Kak, bangun kak! Udah siang juga. Jadi perempuan jangan males atuh.” Seru Ibu sambil menarik selimut Alex. “Baru juga jam 9 pagi. Siang mah jam 12 tau.” Jawab Alex yang masih bergulat dengan kasurnya. “Ah.. bosen mama kalo harus berdebat lagi sama kamu. Inget loh, jam 10 nanti ada latihan badminton”. Alex pun baru ingat ada pertemuan ekskul hari ini. Cewek tomboy itu pun langsung bergegas menuju kamar mandinya.
Alexcita atau yang biasa dipanggil Alex ini adalah seorang pelajar yang duduk di kelas 11 SMA Harapan. Ia menggeluti olahraga badminton sejak umurnya 6 tahun. Ia telah meraih banyak sekali penghargaan di bidang badminton. Dan impiannya adalah menjadi pemain badminton professional.
“Ma..Pa..Alex berangkat dulu ya! Sarapannya disana aja. Daa..!!” Alex pun bergegas ke sekolahnya menggunakan sepeda kesayangannya. Karena jarak dari rumah ke sekolah yang tidak terlalu jauh, Alex memilih menggunakan sepeda setiap ke sekolah. Selain menyehatkan, naik sepeda dapat mengurangi polusi udara yang ada bukan?
Setelah 10 menit perjalanan, Alex pun sampai di tempat latihannya. Di sekolahnya, tersedia ruangan khusus badminton. Alex terlambat 5 menit dari yang dijadwalkan. “Kak Kevin, maaf saya telat kak.” Ujar Alex sambil mengambil raketnya. “Cita-cita mau jadi pemain badminton professional, dateng latihan aja terlambat. Apanya yang professional? Kevin pun kembali berlatih bersama adik-adik kelasnya.
Kevin adalah ketua dari ekskul badminton. Ia tipe orang yang tegas dan disiplin. Ia mempunyai mimpi yang sama seperti Alex, yaitu menjadi pemain badminton professional. “Isshh.. jadi orang kok gitu banget sih.” Gumam Alex. Alex pun berlatih bersama temannya Rani. Dua minggu lagi akan diadakan lomba badminton se-Asia Tenggara tingkat SMA. Tiap negara mengirimkan masing-masing 3 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Alex dan Kevin berhasil memenangkan lomba badminton tingkat nasional. Kevin mendapat juara 1 dan Alex juara 2. Jadi, mereka akan dikirimkan untuk mengikuti lomba badminton tersebut.
“Ran, gue takut. Gue takut ikut lomba badminton sebesar itu.” Ujar Alex sehabis latihan. Ini pertama kalinya ia mengikuti lomba badminton sebesar itu. Dan, lomba itu akan dilaksanakan di Filiphina. “Gak usah takut lagi Lex. Menang kalah itu wajar dalam pertandingan.” Rani sahabatnya sering menjadi tempat curhat Alex.
“pesertanya pasti jago semua deh. Kalo gue kalah gimana? Aaaahh..” teriak Alex membuat semua orang yang sedang latihan memperhatikan dia. Tiba-tiba Kevin menghampiri Alex. “Expert in anything was once a beginner.” Ucap Kevin sambil memberikan Alex minuman. “Eh.. kak Kevin. Ini minuman buat saya? Ma..makasih” balas Alex. “Sama-sama” Kevin pun kembali latihan. Alex terkejut dengan apa yang Kevin lakukan. Ia tak menyangka bahwa seniornya bisa berprilaku lembut seperti itu.
“Ehm.. kok bengong Lex?” ledek Rani. “Ih.. apaan sih? Gue lagi mencerna kata-kata kak Kevin tadi.” Jawab Alex. Alex pun kembali latihan. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Sebenarnya, ekskul berakhir pukul 3 sore. Namun Alex dan Rani masih berlatih. Sedangkan Kevin masih mengurus beberapa hal.
“Lex, pulang yuk! Capek niih..” keluh Rani. “lu duluan aja deh.. gue masih mau latihan. Maaf ya Ran, gara-gara gue lu pulangnya terlambat deh.” Ujar Alex sambil membereskan barang-barang Rani. “Yaudah, gue pulang duluan ya Lex. Daa..!” Rani pun berangkat pulang menggunakan sepeda motor. “oh iya! Gimana gue mau latihan kalo cuma sendiri? Haduh..bodohnya gue.” Kata Alex sambil memukul kepalanya. “Gue mau temenin lu latihan. Lagipula, kita berdua kan peserta yang mewakili Indonesia.” Ujar Kevin sambil tersenyum. Lagi-lagi, Alex merasa canggung saat seniornya itu berprilaku lembut seperti itu. “I..Iya kak” Jawab Alex.
Mereka berdua pun latihan sampai jam 5 sore. Latihan mereka berdua bisa dikatakan seimbang. Alex juga ingin sekali mengalahkan seniornya itu saat pertandingan badminton nanti. Ia ingin sekali mendapatkan juara 1 di pertandingan tersebut. Jika ia menang, ia akan dikirim ke pertandingan badminton tingkat Asia.
Hari demi hari pun berlalu. Pertandingan badminton pun akan dimulai esok hari. Pertandingan akan dilaksanakan selama 3 hari. Hari ini pukul 9 pagi, para peserta dari Indonesia akan menuju Filiphina. Alex dan Kevin diberi pengarahan dari sang pelatih. “semangat ya Lex! Menang atau kalah gak penting. Lu bisa jadi perwakilan Indonesia aja udah keren banget. Semangat! Fighting!” Ujar Rani menyemangati Alex sahabatnya. “makasih ya Raniii..” . Alex dan Kevin pun berangkat menuju Filiphina. Saat di pesawat, Alex tak henti-hentinya berdoa. “Rileks aja Lex. Bener kata Rani, menang atau kalah itu wajar dalam pertandingan. “Iya” jawab Alex datar.
Sesampainya di Filiphina, Alex melihat para peserta lain dari berbagai negara. Ada yang dari Malaysia, Brunei, Myanmar, dan dari berbagai negara lainnya. Para peserta dibawa ke tempat penginapan mereka. Mereka harus siap esok hari dalam pertandingan. Di hotel, Alex berlatih dan terus berlatih untuk esok. Ia mempunyai prinsip ‘Dream big, Act bigger’. Alex berlatih di Gym hotel tersebut. Disaat para peserta lain beristirahat, Alex justru tetap berlatih dan berlatih.
Jam menunjukkan pukul 7 malam, namun Alex masih ditempat Gym. Kevin mencari Alex, ia khawatir akan adik kelasnya itu. “Lex.. udah malem, kok masih latihan? Siapin energi buat besok. Istirahat gih.” Bujuk Kevin. “Saya takut kak. Saya takut ngecewain orang-orang yang percaya sama saya.” Balas Alex.
“jangan dijadiin beban Lex. Lu bilang mau jadi pemain badminton professional kan? Nah, bertingkah lakulah seperti professional. Lu pikir, jadi pemain badminton professional harus terus-terusan berlatih dan gak istirahat? Gue duluan ke kamar ya. Semangat buat besok” Ujar Kevin sambil mengusap kepala Alex. Kevin pun keluar dari tempat gym tersebut. “Kak! Makasih ya.” Teriak Alex sambil tersenyum. Kevin pun membalas dengan anggukan dan senyuman.
Drrrttt..Drrrtt..Drrtt
Alarm HP Alex berbunyi. Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Pertandingan dimulai pukul 2 siang. Alex bergegas memakai baju olahraga dan sepatu olahraga. Alex turun dan pergi ke area jogging. Alex ingin memantapkan fisiknya agar tidak mudah letih saat pertandingan nanti. Lawan pertamanya adalah dari negara Myanmar. Tiba-tiba Handphone Alex berbunyi. Ia mendapat satu sms.
You need some rest. Good luck! Fighthing!
Kak Kevin.
Alex tak menyangka sms itu dari kak Kevin. Senior yang tegas, disiplin, dan dingin sikapnya. Alex pun membalas sms itu.
Thanks kak. Good luck for you too.
Akhirnya, perlombaan pun dimulai.