Minggu, 16 Juni 2013

Reportase Jalur Pantura Jawa Barat

Jalur pantura merupakan sebuah jalan yang menghubungkan Merak, Banten dengan Banyuwangi, Jawa Timur. Jalur ini juga merupakan urat nadi perekonomian pulau Jawa karena merupakan penghubung antara kota dengan desa. Jalur ini juga dikenal sebagai jalur mobilisasi pemudik dari Pulau Sumatera dan Jakarta menuju kota-kota besar di beberapa daerah mulai dari Jawa Barat hingga Pulau Bali.

Jalur pantura sehari-harinya dilalui 10 - 70 ribu kendaraan. Pada saat waktu menjelang Idul Fitri, jumlahnya bisa bertambah. Oleh karena itulah, setiap tahunnya jalur ini menjadi sorotan pemerintah pusat terutama Kementerian Pekerjaan Umum. Kali ini saya akan menyoroti jalur pantura di Jawa Barat tepatnya dari gerbang tol Cikampek hingga Cirebon.

Ironis, jalur ini saat ini mengalami kerusakan. Berdasarkan pengamatan sejak Sabtu sampai Minggu (15-16/6) banyak titik-titik kerusakan jalan di sepanjang jalur ini. Banyak lubang-lubang yang berada di jalur ini. Tidak hanya lubang berukuran kecil, lubang yang berukuran besar pun banyak menghiasi jalur ini. Tidak hanya lubang, beberapa perbaikan jembatan masih nampak dilakukan. Mulai dari perbaikan ringan, hingga perbaikan berat.

Dua bulan jelang Idul Fitri perbaikan terus dikebut. Tahun ini saja, 1,2 trilyun rupiah dianggarkan Kementerian Pekerjaan Umum untuk merehabilitasi dan memperbaiki jalur ini dalam menghadapi mudik lebaran. Perbaikan jalan ini tidak hanya diselenggarakan pada malam hari, tetapi hingga siang hari. Sayangnya, perbaikan ini menyebabkan kemacetan di sepanjang titik perbaikan.

Perbaikan di sepanjang pantura hampir terjadi setiap tahunnya. Setiap kali jelang lebaran selalu ada perbaikan jalan. Hal ini menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam perbaikan jembatan dan jalan di pantura. Kualitas mutu jalan di pantura juga dipertanyakan.
Sebaiknya, pemerintah lebih fokus dan konsen terhadap jalur ini. Mengingat jalur ini penting bagi kehidupan perekonomian dan transportasi di pulau Jawa. Terlebih lagi, ini jalur vital saat musim mudik lebaran.

Semua tau, jalur pantura bukan jalur baru untuk pemudik kan?

(M. Fauzan Fakhrurrozi)

BALIKIN DONG!


Chasing Dream

Karya Syafika Nurhaliza

“Kak, bangun kak! Udah siang juga. Jadi perempuan jangan males atuh.” Seru Ibu sambil menarik selimut Alex. “Baru juga jam 9 pagi. Siang mah jam 12 tau.” Jawab Alex yang masih bergulat dengan kasurnya. “Ah.. bosen mama kalo harus berdebat lagi sama kamu. Inget loh, jam 10 nanti ada latihan badminton”. Alex pun baru ingat ada pertemuan ekskul hari ini. Cewek tomboy itu pun langsung bergegas menuju kamar mandinya.

Alexcita atau yang biasa dipanggil Alex ini adalah seorang pelajar yang duduk di kelas 11 SMA Harapan. Ia menggeluti olahraga badminton sejak umurnya 6 tahun. Ia telah meraih banyak sekali penghargaan di bidang badminton. Dan impiannya adalah menjadi pemain badminton professional.

“Ma..Pa..Alex berangkat dulu ya! Sarapannya disana aja. Daa..!!” Alex pun bergegas ke sekolahnya menggunakan sepeda kesayangannya. Karena jarak dari rumah ke sekolah yang tidak terlalu jauh, Alex memilih menggunakan sepeda setiap ke sekolah. Selain menyehatkan, naik sepeda dapat mengurangi polusi udara yang ada bukan?

Setelah 10 menit perjalanan, Alex pun sampai di tempat latihannya. Di sekolahnya, tersedia ruangan khusus badminton. Alex terlambat 5 menit dari yang dijadwalkan. “Kak Kevin, maaf saya telat kak.” Ujar Alex sambil mengambil raketnya. “Cita-cita mau jadi pemain badminton professional, dateng latihan aja terlambat. Apanya yang professional? Kevin pun kembali berlatih bersama adik-adik kelasnya.

Kevin adalah ketua dari ekskul badminton. Ia tipe orang yang tegas dan disiplin. Ia mempunyai mimpi yang sama seperti Alex, yaitu menjadi pemain badminton professional. “Isshh.. jadi orang kok gitu banget sih.” Gumam Alex. Alex pun berlatih bersama temannya Rani. Dua minggu lagi akan diadakan lomba badminton se-Asia Tenggara tingkat SMA. Tiap negara mengirimkan masing-masing 3 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Alex dan Kevin berhasil memenangkan lomba badminton tingkat nasional. Kevin mendapat juara 1 dan Alex juara 2. Jadi, mereka akan dikirimkan untuk mengikuti lomba badminton tersebut.

“Ran, gue takut. Gue takut ikut lomba badminton sebesar itu.” Ujar Alex sehabis latihan. Ini pertama kalinya ia mengikuti lomba badminton sebesar itu. Dan, lomba itu akan dilaksanakan di Filiphina. “Gak usah takut lagi Lex. Menang kalah itu wajar dalam pertandingan.” Rani sahabatnya sering menjadi tempat curhat Alex.

“pesertanya pasti jago semua deh. Kalo gue kalah gimana? Aaaahh..” teriak Alex membuat semua orang yang sedang latihan memperhatikan dia. Tiba-tiba Kevin menghampiri Alex. “Expert in anything was once a beginner.” Ucap Kevin sambil memberikan Alex minuman. “Eh.. kak Kevin. Ini minuman buat saya? Ma..makasih” balas Alex. “Sama-sama” Kevin pun kembali latihan. Alex terkejut dengan apa yang Kevin lakukan. Ia tak menyangka bahwa seniornya bisa berprilaku lembut seperti itu.

“Ehm.. kok bengong Lex?” ledek Rani. “Ih.. apaan sih? Gue lagi mencerna kata-kata kak Kevin tadi.” Jawab Alex. Alex pun kembali latihan. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Sebenarnya, ekskul berakhir pukul 3 sore. Namun Alex dan Rani masih berlatih. Sedangkan Kevin masih mengurus beberapa hal.

“Lex, pulang yuk! Capek niih..” keluh Rani. “lu duluan aja deh.. gue masih mau latihan. Maaf ya Ran, gara-gara gue lu pulangnya terlambat deh.” Ujar Alex sambil membereskan barang-barang Rani. “Yaudah, gue pulang duluan ya Lex. Daa..!” Rani pun berangkat pulang menggunakan sepeda motor. “oh iya! Gimana gue mau latihan kalo cuma sendiri? Haduh..bodohnya gue.” Kata Alex sambil memukul kepalanya. “Gue mau temenin lu latihan. Lagipula, kita berdua kan peserta yang mewakili Indonesia.” Ujar Kevin sambil tersenyum. Lagi-lagi, Alex merasa canggung saat seniornya itu berprilaku lembut seperti itu. “I..Iya kak” Jawab Alex.

Mereka berdua pun latihan sampai jam 5 sore. Latihan mereka berdua bisa dikatakan seimbang. Alex juga ingin sekali mengalahkan seniornya itu saat pertandingan badminton nanti. Ia ingin sekali mendapatkan juara 1 di pertandingan tersebut. Jika ia menang, ia akan dikirim ke pertandingan badminton tingkat Asia.

Hari demi hari pun berlalu. Pertandingan badminton pun akan dimulai esok hari. Pertandingan akan dilaksanakan selama 3 hari. Hari ini pukul 9 pagi, para peserta dari Indonesia akan menuju Filiphina. Alex dan Kevin diberi pengarahan dari sang pelatih. “semangat ya Lex! Menang atau kalah gak penting. Lu bisa jadi perwakilan Indonesia aja udah keren banget. Semangat! Fighting!” Ujar Rani menyemangati Alex sahabatnya. “makasih ya Raniii..” . Alex dan Kevin pun berangkat menuju Filiphina. Saat di pesawat, Alex tak henti-hentinya berdoa. “Rileks aja Lex. Bener kata Rani, menang atau kalah itu wajar dalam pertandingan. “Iya” jawab Alex datar.

Sesampainya di Filiphina, Alex melihat para peserta lain dari berbagai negara. Ada yang dari Malaysia, Brunei, Myanmar, dan dari berbagai negara lainnya. Para peserta dibawa ke tempat penginapan mereka. Mereka harus siap esok hari dalam pertandingan. Di hotel, Alex berlatih dan terus berlatih untuk esok. Ia mempunyai prinsip ‘Dream big, Act bigger’. Alex berlatih di Gym hotel tersebut. Disaat para peserta lain beristirahat, Alex justru tetap berlatih dan berlatih.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, namun Alex masih ditempat Gym. Kevin mencari Alex, ia khawatir akan adik kelasnya itu. “Lex.. udah malem, kok masih latihan? Siapin energi buat besok. Istirahat gih.” Bujuk Kevin. “Saya takut kak. Saya takut ngecewain orang-orang yang percaya sama saya.” Balas Alex.

“jangan dijadiin beban Lex. Lu bilang mau jadi pemain badminton professional kan? Nah, bertingkah lakulah seperti professional. Lu pikir, jadi pemain badminton professional harus terus-terusan berlatih dan gak istirahat? Gue duluan ke kamar ya. Semangat buat besok” Ujar Kevin sambil mengusap kepala Alex. Kevin pun keluar dari tempat gym tersebut. “Kak! Makasih ya.” Teriak Alex sambil tersenyum. Kevin pun membalas dengan anggukan dan senyuman.

Drrrttt..Drrrtt..Drrtt

Alarm HP Alex berbunyi. Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Pertandingan dimulai pukul 2 siang. Alex bergegas memakai baju olahraga dan sepatu olahraga. Alex turun dan pergi ke area jogging. Alex ingin memantapkan fisiknya agar tidak mudah letih saat pertandingan nanti. Lawan pertamanya adalah dari negara Myanmar. Tiba-tiba Handphone Alex berbunyi. Ia mendapat satu sms.

You need some rest. Good luck! Fighthing!

Kak Kevin.

Alex tak menyangka sms itu dari kak Kevin. Senior yang tegas, disiplin, dan dingin sikapnya. Alex pun membalas sms itu.

Thanks kak. Good luck for you too.

Akhirnya, perlombaan pun dimulai.

Sang Pahlawan

Karya Dita Eka

Rio seorang anak yang duduk di kelas 2 SMP. Ia tinggal dengan kakek dan neneknya di sebuah desa . Rumahnya tidak jauh dari jalan tembus rel kereta api tak berpalang. Kesehariannya setelah pulang sekolah ia harus mencari rumput untuk pakan ternaknya.

Suatu hari setelah pulang sekolah seperti biasanya ia pergi mencari rumput, “Nek Rio pergi mencari rumput dulu ya”, Rio pun pamit kepada neneknya “Ya hati-hati” sahut neneknya. Rio pun pergi dan mencari rumput di tepi-tepi sawah dekat dengan lintasan rel kereta api. Ketika Rio sedang asyik mencari rumput tiba-tiba “Hei Rio”, sambil menepuk pundaknya. Rio pun kaget dan tersentak “Eh Ridwan kamu ngagetin aku aja”. Ridwan adalah teman sekelas Rio dan sekaligus teman sebangkunya, akhirnya mereka berduapun saling mengobrol. “Eh gimana ulangannya tadi?” kata Rio. “Gak tau nih kayaknya nilaiku jelek soalnya kemarin malam aku ketiduran jadi gak belajar deh”. “Kebiasaan kamu wan” sahut Rio. Ridwan pun tertawa “Hehehe…”.

Ketika sedang asyik mengobrol Rio melihat sesuatu yang aneh. Ia melihat sebuah mobil yang berhenti di tengah-tengah perlintasan rel kereta api. “Yo kamu ngeliat apaan sih?”tanya Ridwan. “Itu… mobilnya kok gak jalan ya berhenti di tengah rel “ Sahut Rio. “Wah ya tuh..”kata Ridwan. “Wan ayo kita kesana sepertinya mobil itu perlu bantuan” ajak Rio. Seketika itu juga terlihat dari kejauhan kereta api yang ingin melintas, akhirnya mereka berdua pun segera berlari dan menghampiri pengendara mobil yang masih berusaha menghidupkan mesin mobilnya untuk segera turun.

Rio pun mengetuk-ngetuk kaca jendela pengendara mobil itu, “pak… pak… turun ada kereta yang ingin lewat”. Tapi pengendara mobil itu tetap saja mencoba menghidupkan mobilnya dan menghiraukan peringatan Rio. Ridwan pun juga membantu memperingatkan pengendara mobil itu tetapi percuma karena pengendara mobil itu tetap saja tidak mau turun.

Mereka berdua pun tidak henti-hentinya mengetuk jendela dan memperingatkan pengendara mobil itu “pak… turun pak kereta apinya semakin dekat” kata Rio dengan panik dan cemas. Ternyata pintu mobil itu macet dan tidak bisa dibuka, Rio pun membantu membuka pintu mobil itu dari luar. Pengendara mobil itu juga panik di dalam mobil karena pintu mobil itu tidak bisa terbuka. “ Tolong… Tolong…”teriak Rio panik. Ridwan pun mencari pertolongan ke desa yang dekat dengan rel kereta api tersebut. Suara kereta api semakin kencang menandakan kereta api semakin dekat.

Tiba-tiba terdengar suara benturan keras. Mendengar suara itu penduduk desa yang tinggal di dekat rel kereta api berhamburan keluar begitu juga Ridwan yang langsung cemas karena Rio yang masih membantu pengendara itu keluar dari mobil. Ketika itu Ridwan panik karena ia tidak melihat Rio yang ia tinggalkan untuk mencari bantuan, ia hanya melihat mobil yang hancur berkeping-keping karena hantaman kereta tadi.

Ridwan pun menangis karena mencemaskan temannya itu. Ketika kereta api telah melintas, Ridwanpun melihat di seberang rel ada dua orang yang tergeletak di pinggir rel. Melihat itu ia langsung menghampiri dan melihat ternyata Rio selamat dengan pengendara itu. Ternyata Pintu mobil itu berhasil terbuka dan mereka berdua berhasil menyelamatkan diri dan melompat ke pinggir rel. Mereka berduapun langsung di bawa ke klinik terdekat.

Mendengar kejadian itu nenek dan kakek Rio cemas dan langsung pergi untuk melihat keadaan cucunya itu. Untung saja Rio hanya mengalami luka ringan begitu juga pengendara mobil itu. Pengendara mobil itu pun berterima kasih dengan Rio dan Ridwan karena telah menyelamatkan dirinya “Terima kasih ya nak kalu tidak ada kalian mungkin saya sudah tidak ada disini” kata penegendara itu. Ridwan pun langsung memeluk Rio. Mereka berdua pun menjadi pahlawan pada hari itu.

-

Karya Aisyah Amanda

Aku tak menginginkan kehadiranmu...
Aku tak menginginkan sapaanmu...
Aku ingin teriak lepas...
Aku ingin menembus dinding waktu agar bisa melewati semua ini...

Aku tenggelam di lautan beban tak bertepi...
Aku terjebak di ruang beban tak berpintu...
Aku ingin lega bernafas tanpa memikirkan ini...

Aku ingin menjalani hidup indah dibawah langit...
Hidup yang lebih indah dari pelangi...
Hidup yang lebih indah dari matahari terbenam...
Hidup tanpa beban...

Kesepian Jiwa

Karya Salsabilla Annisa

Setiap malam sepi, senyap
Hanya dirimu sendiri menyusuri jalan
Gelap hampir tak bercahaya
Hanya ada lampu tinggi menjulang di sana
Debu jalanan beterbangan
Sebagai saksi kelamnya hidup mu

Mencari sesosok teman di setiap sudut
Dimana pun kau mencari, yang kau temukan hanya dirimu dikesepian
Suara jangkrik berderik
Meledek pada yang terjadi dengan dirimu

Ingin rasa untuk menangis, ingin rasa untuk menjerit
Namun untuk apa? Untuk siapa? Tujuan apa?
Tak ada yang akan mendengar dan memperburuk keadaan
Karena yang ada di sana, hanyalah dirimu seorang

Sepi..
Sendiri..
Sunyi...

Harapan Gadis Kecil

Karya Regita Maffida

Nabila hidup bukan untuk menunggu cintanya.
Sulit Nabila terima semua keputusan itu.
Yang kini hilang tersapu angin senja.
Masih sulit pula untuk dia lupakan.
Suram dan seram jika dia ingat kembali.
Mungkin harus dia biarkan semua kenangan itu,
agar abadi oleh sang waktu.

Pagi ini cerah, hangat mentari yang bersinar dan sejuk embun di pagi itu membuat semangat untuk menuntut ilmu makin bertambah.Nabila percepat langkahnya. Seusai sekolah, ada ekstrakulikuler seni tari dan Nabila pun mengikutinya. Masih belum beranjak dari tempat duduknya. Dari arah belakang terdengar suara yang memanggil Nabila.

“Nabila, tunggu !”

Nabila pun melihat ke belakang “Kamu Raff, ada apa kok sampai tergesa-gesa ?” tanya Nabila penasaran.

“Emmm, ada yang mau kenalan sama kamu !”

“Tapi Raff, udah mau masuk kelas seni tarinya”

“Ya telat dikit kan gakpapa”.

Nabila tidak menjawabnya. Nabila bergegas pergi menuju kelas seni tari. Nabila simpan kata-kata Raffi tapi Nabila tidak memikirkannya disaat Nabila sedang mengikuti seni tari.

***

Hari ini Nabila sengaja berangkat pagi, Nabila ingin menikmati udara pagi, walaupun jarak antara rumah dan sekolah dekat. Sewaktu istirahat Nabila kembali ingat dengan kata-kata Raffi kemarin siang. Siapa dia? Anak mana? Namanya siapa? Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di benaknya. Hingga Nabila tak sadar jika Nabila sedang melamunkannya.

“Heyhey, mikirin siapa sih kamu?” Tanya Ega yang membuyarkan lamunan Nabila.

“Ha? Nabila gak mikirin apa-apa tuh!”

“Kok ngelamun sih? Haaa, masih keinget ya sama kata-kata Raffi kemaren?”

“Ehh, apaan sih, mentang-mentang pacar Raffi terus kalian ngejek gitu, ahh gak asyiik”

“Yaya, Cuma bercanda kok”

Tiba-tiba Raffi datang menemui Nabila. Entah apa lagi yang akan ia sampaikan kembali. Nabila sendiri tidak berharap jika kata-kata itu lagi yang akan ia sampaikan.

“Bil, ikut yuk, dia mau ketemu kamu, tuh udah ditunggu di kantin” ajak Raffi.

“Ahh, engga ahh, biarin aja dia samperin”

“Kok gitu? Ya udah deh, ini kesempatan loh, kok malah kamu sia-siain” Ucapan Raffi didengar oleh Layla, yang juga saudara Raffi.

“Ehh, ada apaan nih, keliatannya seru! Ada apa sih Raff, kok gak bilang-bilang?”

“Gak ada apa-apa, udah nanti Nabila ceritain”

Bel masuk kelas pun berbunyi, Nabila segera masuk kelas. Dan Nabila mengikuti pelajaran yang berlangsung hingga usai. Pulang sekolah biasanya Nabila jalan sendiri, jarak rumah deket.

“Ciiye Bila” goda Layla

“Ada apa sih?” tanya Nabila penasaran.

“Tuh, orang yang di depan gerbang pake tas item ada corak biru, itu orang yang mau ketemu kamu.”

“Ha? Siapa dia? Namanya siapa?”

“Dia Tyo, anaknya pendiem banget, dia sahabat karib Raffi sama Adi”

Tanpa kata-kata apapun Nabila bergegas pulang, dalam perjalananku Nabila memfikirkan semua hal yang Layla beritahu tadi. Yah, Tyo, Nabila masih tidak menyangka kenapa dia mau bertemu, kenapa harus lewat temennya? Ah mungkin dia malu. Ya udahlah.

***

Hari ini mulai muncul kabar buruk, banyak yang menyangka bahwa Nabila ini adalah pacar Tyo, padahal bukan sama sekali. Nabila kenal sama dia aja baru kemarin. Di sela-sela pelajaran Nabila gunakan untuk menuliskan sebuah kata-kata. Sepertinya Nabila memang benar-benar jatuh hati pada Tyo, “ahhh, kenal langsung aja belum kayaknya mustahil deh” kata itu selalu muncul di benakNabila. Saat jam istirahat, Nabila selalu melewati kelasnya. Nabila selalu melihat tingkah lakunya, yang terkadang membuat Nabilatersenyum-senyum sendiri. Oh mungkin inikah cinta? Nabila pernah merasakannya tetapi Nabila tak ingin merasakannya lagi untuk saat ini.

Setelah mereka kenal begitu lama, Nabila mengenal dia dengan ramah, dengan baik, walaupun diantara mereka tak pernah ada satu perkataan. Tiba-tiba semua perasaan Nabila menjelma, berubah entahlah seperti apa isi otak Nabila. Nabila menyukainya, Nabila menyayanginya. Nabila yakin Tyo pun begitu, tapi Nabila tidak pernah percaya itu, Nabila tidak pernah percaya bila Tyo menyukaiNabila juga, Nabila hanya berharap begitu banyak padanya.

Hari ini ekstrakulikuler pramuka sebenarnya, Nabila sama Tyo mau bicara tapi dia tetap tidak mau. Dia tetap tak membuka kesempatan untuk perasaan mereka. Tapi Nabila masih yakin bila dia benar-benar mencintai Nabila. Sore itu Nabila hanya pulang dengan semua mimpinya yang telah pupus. Nabila tak membawa secuil harapan lagi untuk rasa Nabila ini.

***

Malam ini Nabila tulis surat untuk nya.


My Choice

Karya Areta Giovanni

"Benarkah?"

Wanita kecil dihadapanku mengangguk. "Benar. Kalau tidak percaya, tanya saja sama yang lain,"

Dia tersenyum kecil. Sementara aku mengerutkan dahiku, tidak percaya. Dia memutar matanya, lalu berdecak kecil.

"Ck.. Sasha, dengar aku ya," kedua tangannya memegang bahuku, kemudian meremasnya pelan. "Putra sudah tidak bisa dipercaya lagi. Akulah yang dapat kau percaya,"

Aku menatap matanya. Dapat kulihat matanya berpendar lembut menatapku.

Aku menelan ludah. Bimbang, dengan siapakah aku berpihak? Aya? Atau Putra?

---------------------

Aku masih berkutat dengan bukuku ketika akhirnya aku menyadari bahwa kelasku sudah kosong. Aku berdecak, lalu mulai merapikan buku-bukuku yang ada diatas meja.

"Lagi-lagi kau begitu serius belajar sampai lupa untuk pulang ya, Sasha," sebuah suara bass nan seksi berhasil mengagetkanku. Aku memutar kepalaku cepat, mencari sumber suara yang belakangan ini menjadi favoritku. Dan aku menemukan sumbernya, yang juga ku favoritkan.

Aku tertawa kecil. "Kau sangat mengenalku, Putra,"

Dia tersenyum lebar. Menampakkan lesung pipitnya dan membuat wajahnya tampak semakin tampan. Aura maskulinnya begitu kuat, sampai-sampai memenuhi udara diruang kelas ini dan membuat dadaku terasa sesak.

Aku kembali fokus dengan kegiatanku. Dari sudut mataku, dapat kulihat dia berjalan pelan mendekatiku. Membuat sebuah beat tak teratur berdisko di dadaku. Tapi dia berhenti 2 meter jauhnya dariku. "Sasha?"

Aku yang masih sibuk merapikan buku, terpaksa berhenti sebentar untuk menatap wajahnya. "Ya, Putra?"

Dia diam sebentar. Hanya menatapku. Kemudian, dia menarik nafas pelan dan menghembuskannya keras.

"Apa Aya mengatakan sesuatu padamu?"

Aku terdiam. Otakku berperang. Bagaimana bisa dia tau kalau Aya sudah mengatakan sesuatu padaku? Padahal kami bicara sembunyi-sembunyi.

Aku menggeleng. "Tidak. Dia tidak mengatakan apa-apa padaku," kataku sambil tersenyum kecil. Mata bulatku kembali kepada bukuku, menghindari mata elangnya menatapku tajam. Lalu dia tertawa mengejek. "Jangan coba-coba membohongiku, Sasha. Aku mengenalmu dengan sangat baik,"

Sudah kuduga.

Aku menelan ludah. "Baiklah. Dia memang mengatakan sesuatu padaku. Lalu? Apa masalahmu?" aku menyampirkan tasku kepundak kananku, kemudian mulai fokus pada pembicaraan yang tidak kuharapkan ini. Dia memutar mata, kesal.

"Dasar, perempuan seperti dia memang harus dibungkam," aku mengernyitkan dahiku. Lalu mendengus keras.

"Kau menyalahkannya?" dapat kulihat rahangnya mengeras, dan dia mengepalkan telapak tangannya keras.

"Kenapa kau tidak mencoba berubah, Putra?"

Kalimatku itu berhasil membuat kepalan tangannya menggebrak meja dihadapannya. Membuatku memekik kecil.

"Jangan pernah mencoba mengatur hidupku, Sasha," dia mengarahkan telunjuknya kewajahku, berusaha mengancamku. Aku perlu usaha sangat keras untuk menunjukkan rasa tidak takutku kepadanya ketika matanya menatapku dingin.

Aku menelan ludah. Sebaiknya aku mengakhiri pembicaraan ini secepatnya.

"Aku duluan," kataku sambil berjalan cepat, meninggalkan dirinya. Matanya mengikuti gerakanku. Dapat kudengar samar-samar suara gerutunya.

"Sasha!" suara beratnya memanggilku. Tapi aku tetap berjalan lurus, tidak peduli.

"Ingat! Akulah yang dapat kau percaya, Sasha! Aya itu provokator! Jauhi dia!"

Teriakannya membuat wajahku memucat.

Satu lagi orang yang meminta aku untuk mempercayainya.

---------------------

"Apa maumu?" kataku pelan ketika Aya datang dengan tatapan horornya yang sangat menyeramkan.

Dia mengerutkan dahinya. "Apa perlu aku meneriaki dirimu? Aku bilang, percaya padaku!" dia menggoyang-goyangkan tubuhku keras. Aku menepis tangannya kasar.

"Lepaskan!" dia menatapku tak percaya. "Sasha?! Kau sadar dengan yang kau lakukan?!"

Aku mengangguk malas. "Ya. Aku sadar 100% apa yang kulakukan. Jadi tolong, jauhi aku," aku menatap mata sipitnya erat. Berusaha menunjukkan keseriusanku yang paling maksimal.

Dia diam sebentar, kemudian mendengus keras.

"Terserah," katanya pelan, kemudian pergi meninggalkanku sendirian.

---------------------

Aku menatap keluar jendela. Menatap kekosongan. Membiarkan rasa hampa memenuhi dadaku.


Sabtu, 15 Juni 2013

Nayla yang Malang

Karya Luthfia Meilida

Setelah menunggu selama 5 bulan dari masa komaku, akhirnya sekarang aku bisa melihat wajah yang sangat familiar bagiku yaitu ibu. Ibulah yang setia menungguku selama 5 bulan. Tak terkecuali Michael, setiap hari dia selalu menungguku dan terus menungguku sampai akhirnya aku bisa kembali ke keadaan yang normal.

Aku, Nayla Pricillia Azura. Seseorang yang sudah terkena penyakit Leukimia akut yang telah divonis tidak akan bisa diselamatkan lagi. Umurku 18 tahun. Terakhir kali yang ada dibenakku adalah aku seorang gadis SMA yang pingsan akibar leukimiaku. 5 bulan hidupku kulalui bersama obat-obatan yang menusuk tubuhku.

Aku tersadar dari mimpiku yang panjang. Aku melihat mereka semua bersukacita karenanya. Ibu, Michael, keluargaku, dan keluarga Michael. Aku pun ikut besukacita karena aku bisa kembali bergabung dengan mereka. Tapi, kesenanganku bukanlah kesenangan seutuhnya. Itu bukalah hal yang menjamin bahwa aku sekarang sudah sembuh total. Leukmia yang kuderita akan mempersingkat hidupku. 4 bulan, itulah sisa hidupku yang masih bisa kujalani. Setelah lewat 4 bulan, kemungkinan aku sudah pergi.

“Nayla, akhirnya kau sadar Nak. Ibu selalu menunggu kesadaranmu Nak. Dan itu sekarang telah terungkap. Ibu senang kita bisa berkumpul kembali seperti semula...” kata Ibuku dengan wajahnya yang sangat ceria, sebelum kupotong dengan kata-kataku yang menyedihkan

“Dalam 4 bulan. Setelah itu, cerita ini akan berakhir bukan?” Kataku yang membuat gambaran wajah mereka semua berubah 360° dari yang senang menjadi sedih.

“Kenapa kau berkata seperti itu? Mujizat pasti akan terjadi pada dirimu..” Jawab Michael

“Padahal itu sangat mustahil bagi diriku.” kataku lagi

“Sudahlah. Kita serahkan saja ini kepada Tuhan. Yang penting sekarang adalah, Nayla sadar dan bebas dari maut.” jawab Michael

“Ya. Kau benar. Yang saat ini terjadi, kita harus mensyukurinya. Untuk kedepannya kita serahkan kepada Tuhan. Biar dia yang merancangnya. Rancangannya itu selalu indah bagi kita semua. Percayalah pada-Nya” kata Ayah Michael pada kami semua

“Ya. Om benar. Walaupun aku divonis akan lewat setelah 4 bulan, siapa tahu aku akan lewat besoknya. Tidak ada yang tahu selain Tuhan bukan?” kataku.

“Ya. Baiklah. Pembicaraan ini kita hentikan sejenak. Sekarang kita tanyakan kondisinya saja. Michael,tolong panggilkan dokter ya. Supaya kita tahu bagaimana kondisi tubuhnya.” kata Ibuku pada Michael.

“ Baik tante. Tunggu sebentar.” Jawabnya seraya ia meninggalkan kami untuk memanggilkan dokter.

Tak lama kemudian, dokter datang dan langsung memeriksa keadaanku setelah berhasil menantang maut.

“ Kondisinya sekarang sudah stabil. Tapi, ada yang perlu diperhatikan. Ia tidak boleh banyak berbicara, atau bergerak. Kondisinya harus tetap stabil supaya penyakitnya tidak akan kambuh lagi.” jelas dokter pada semua keluargaku.

“ Baik dok. Terima kasih.” kata ibuku

“ Sama-sama.” jawab sang dokter seraya meninggalkan kami.

Beberapa saat kemudian, tak terasa hari sudah larut malam. Keluargaku dan keluarga Michael pun pulang ke rumah. Dan aku hanya bisa melihat mereka pulang ke rumah. Sebenarnya aku sudah sangat rindu dengan suasana di rumahku. Yang paling ku rindu tentulah kamarku, setelah lima bulan tak melihatnya, rasanya aku ingin melihatnya saat ini juga. Tapi, aku tak bisa kemana- mana selain hanya berbaring di rumah sakit. Aku ingin sembuh seperti dulu lagi, aku ingin keluar dari semua penyakitku ini. Aku harus bangkit bangkit dan bangkit.

Ketika matahari memancarkan sinarnya, akupun terbangun dari tidurku. Pada saat aku membuka mata, aku di sambut dengan senyuman hangat dari Michael.

“Selamat pagi Nayla…” Michael menyapaku dengan senyuman.

“Pagi…” jawabku pada Michael.

“Bagaimana keadaanmu? Apa yang kau rasakan sekarang?” Michael bertanya padaku penuh dengan rasa penasaran.

“Aku merasa lebih baik dari yang kemarin” jawabku.

“Syukurlah kalau baik-baik saja. Jika tidak aku tidak akan tahu bagaimana keadaanku sekarang.” balas Michael padaku.

“Tenang saja, aku baik baik saja kok.” balasku seraya bangkit dari tempat tidurku.

“ Benarkah?” tanya Michael lagi. “Iya, benar kok. Dokter bilang bahwa besok pagi-pagi sekali aku sudah bisa meninggalkan rumah sakit ini” jelasku lagi.

Akhirnya Michael pun pulang dan ibu yang akan menemaniku malam ini disini. Malam harinya, ibuku mengemas barang-barang yang ingin dibawa pulang esok hari. Sebelum tidur, aku pun minum obat dan tak lupa untuk membaca do’a. Aku berharap agar penyakitku akan segera diangkat oleh Tuhan. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah siap meninggalkan ruang ini, kamar yang menjadi saksi bisu selama lima bulan aku berada disini. Hari ini aku dan ibuku dijemput oleh ayahku yang telah lama menunggu di lobby utama rumah sakit ini. Terlihat raut muka ayah yang sangat bahagia ketika melihatku dari kejauhan. Saat aku sedang menuruni anak tangga dari lantai dua rumah sakit ini, ayah memanggilku dengan setengah berteriak dan sambil tersenyum hangat “Naylaaaaaaa!”

“Ayaaaah!” aku juga berteriak dan segera menuruni satu demi satu anak tangga dengan cepat, aku ingin segera memeluk ayahku yang sudah lama tidak bertemu denganku. Ayah dinas di Singapore semenjak lima tahun yang lalu. Ayah baru mengetahui penyakit yang kuidap itu pada kemarin sore pada saat Michael menghubungi ayahku yang sedang berada di Singapore. Ibu, para kerabat, dan saudara-saudaraku sengaja tidak memberitahukan rahasia ini kepada ayahku karena kami takut penyakit jantung ayah kambuh karena, mendengar berita itu. Namun, pada saat ayah tahu, beliau merasa sangat bersalah kepadaku. Beliau merasa menjadi ayah yang belum mampu membahagiakanku pada saat aku sedang berjuang melawan penyakit ganas yang sangat bersahabat dengan tubuhku ini.

Akhirnya kami pun pulang ke rumah. Pada saat di perjalanan menuju ke rumah, terjadi sebuah kecelakaan beruntun antara satu mobil mewah yang ingin menyalib mobilku dan sebuah truk tronton. Kejadian bermula pada saat sebuah mobil di belakangku yang ingin menyalib mobilku dari belakang, tiba-tiba di depan ada sebuah truk tronton yang sedang melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Akhirnya mobil mewah yang ingin menyalib mobilku itu terhimpit oleh mobilku dan truk tronton. Mobil yang dikendarai ayahku itu terguling dan menabrak pembatas jalan.

Mobilku pun terbakar. Dan aku menjadi salah satu korban dari kecelakaan itu, aku kembali koma. Ayah dan ibuku selamat dari ancaman maut tersebut. Hanya terdapat beberapa luka lebam dan luka bakar di sekujur tubuh mereka. Akhirnya kami pun dilarikan ke rumah sakit terdekat dan mendapat sedikit perawatan di ambulance. Sayangnya ketika kami akan menuju ke rumah sakit, nyawaku pun tidak dapat tertolong lagi. Padahal aku baru saja bangkit dari koma dan semua sanak saudaraku pun sudah mempersiapkan kedatanganku ketika aku pulih dari penyakitku itu. Namun takdir berkata lain, beginilah akhir dari perjalanan hidupku.

Rabu, 12 Juni 2013

Adiktif yang Positif!

Lo semua pasti tau apa itu zat adiktif. Ya, zat yang terkandung dalam narkoba, zat yang membahayakan, dan yang pasti, zat yang bikin kecanduan. Wetss, tapi tenang, ada loh zat adiktif yang emang sih bikin kecanduan, tapi dalam konteks positif. Mau tau? Baca rame-rame yok!

Karya itu apa siih? Seperti kita semua tau, karya adalah sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang. Karya itu dapat berupa macem-macem. Bisa tulisan, gambar, desain, lagu, video, dsb. Sebenernya, karya yang bagus itu karya yang diciptain dari hati, ga ada unsur keterpaksaan di dalam membuatnya. Kalo kita seneng melakukan suatu hal, pasti hal yang kita hasilkan juga akan baik. Pasti hasilnya memuaskan.

Berkarya itu gampang banget kok, sumpah. Lo tinggal nemuin passion lo dimana, terus lo kembangin dan lo buat hal-hal menarik dan terlihat beda. Kayak gue, sepertinya gue udah menemukan passion gue nih, yaitu dalam bidang tulis-menulis. eaea. Makanya gue ikut ekstrakulikuler Jurnalistik di sekolah gue untuk mengembangkan passion gue. Jadi, lo berkarya ngga murni dari passion lo doang, tapi juga dilatih biar karya-karya yang lo hasilkan semakin baik dan berkualitas. Jangan sampe ada unsur keterpasksaan dalam lo berkarya, karena hasilnya ga akan maksimal. Cari mood yang paling bagus untuk lo menghasilkan sebuah karya. Dan…. ketika karya yang lo buat udah selesai, lo akan merasa puas dan bangga, karena itu merupakan hasil dari rasa cinta lo terhadap suatu hal. Berkarya itu ga bikin capek, malah nagih dan bikin mood lo naik lagi.

Apa sih yang kita butuhkan untuk menjadi seorang kreator? Simple sih, cuma ide, kreatifitas, dan niat. Dan yang paling harus bener-bener kita miliki adalah kreatifitas! Sebenernya, kreatifitas itu bisa di dapetin darimana aja, ga perlu dicari. Kalo kata @radityadika saat seminar yang gue ikuti, “gue menulis karena gelisah melihat apa yang ada di sekitar dia, tapi gue mencoba mengungkapkan rasa gelisah itu melalui suatu hal yang berbeda, bukan melalui perkataan yang biasa, tetapi melalui lelucon.” Waktu itu sih dia cerita tentang iklan minyak goreng! Pada iklan tersebut, ada ikan yang seneng banget mau di goreng, sampe joget-joget gitu. Padahal, realitasnya, mana ada ikan yang mau di goreng? Mau mati? Ikan sakti mungkin. Dan itu emang lucu, jadi ciri khas tersendiri.

Kita bisa menjadikan itu sebuah karya lagi, bisa berupa tulisan, gambar, video, dsb. Dari satu ide, bisa jadi sebuah karya yang panjang dan berkualitas. Kalo kata buku KSM, itu bukan plagiat, tapi me-remix, kenyataannya emang begitu. Ga ada ide yang benar-benar baru. Semuanya daur ulang. Contohnya, gue risih melihat sinetron dan girlband-girlband diluar sana, kenapa banyak orang yang suka, padahal itu begitu? Nah karena kebetulan mereka ada unsur-unsur kesamaannya, yaudah gue panjang-panjangin aja sesuai imajinasi gue. Mau baca? Klik disini. Idenya ga baru kan? Cuma cara penyajiannya yang baru. Yang penting tinggal niat dan kreatifitas kita untuk mengubah objek tersebut menjadi lebih menarik dan fresh, itu aja sih. Dari satu ide yang pendek, dari satu ide yang simple, yang orang-orang anggep hal sepele dan biasa diacuhkan dan ga diperhatiin orang banyak, bisa diubah menjadi suatu karya yang menarik. Itulah kreatifitas.

Gimana? Berkarya itu mudah kan? Iya, berkarya itu memang mudah, tapi mempertahankan diri kita agar terus berkarya, itu yang tidak mudah. Seringkali kita merasa bosan, ga mood, suntuk, dsb. Tapi… Inget aja, kalo lo berkarya, pasti akan ada orang yang menikmati hasil karya lo itu, inget gimana muka seneng mereka yang menikmati hasil karya lo, itu yang bikin lo terus maju dan bertahan, terus-dan terus berkarya.

TAPIII LAGI!!!!! Jangan menyerah sebelum berkreasi, jangan menyerah sebelum berkarya. Jangan takut kalo lo menghasilkan suatu karya bakalan dihina, dihujat dsb., itu masalah belakangan! Gue juga sering digituin, dicaci maki dsb. T___T Lakukan aja apa yang menurut lo benar dan lakukan apa yang lo cintai, be yourself, jangan takut dihina-hina, mereka sirik, mereka memberi komentar dengan cara yang salah. Itu urusan nanti. Kalo lo berpikir karya lo basi, biasa, mainstream, coba yang lain. Cari alternatif lain. Buat yang biasa seperti ga biasa. Bikin suatu karya yang mencirikan diri lo sendiri, dijamin kereeen.

Gue juga ngalaimin hal serupa nih, lagi bosen nulis, tugas banyak, deadline dimana-mana, waktu kurang, tidur kurang, penat, puyeng banget. Tapi ketika banyak teman-teman gue yang membaca hasil karya-karya gue dalam blog ini, gue jadi semangat lagi, gue jadi terpacu buat menghasilkan karya-karya baru untuk mereka nikmati sekaligus gue nikmati. Jadi, menurut gue berkarya itu enak banget, selain menambah aset kita buat nabung-nabung karya, buat dipamer-pamerin ke orang, juga buat hiburan bagi orang lain. Karena kesempurnaan suatu karya adalah apabila karya tersebut dinikmati oleh banyak orang, bukan cuma diri lo sendiri yang menikmati, katanya. Tapi kita juga jangan terlena sama pujian-pujiannya, pengen dinikmati banyak orang, tapi kita sendiri yang bikin karyanya malah ga menikmati, jadi terpaksa.

Jadi harus gimana? Menurut berbagai sumber yang gue baca, kita harus membuat karya sendiri yang kita cintai, lalu kita publikasikan ke orang-orang yang tepat, orang-orang yang memang ‘setipe’ dengan kita, orang–orang penikmat karya sejenis karya kita. Nah ini yang paling enak, kita seneng, mereka pun senang. Tapi, ga ada salahnya juga kita keluar dari zona kita, berkarya yang bukan minat kita, buat nyari tantangan baru, gue sendiri juga mau nyoba-nyoba bikin video nih hahaha. Doain yaa! Karena jika kita berhasil melewati sebuah tantangan di luar zona nyaman kita, pasti itu seru banget. Pasti selalu nagih. Katanya sih gitu, kita coba aja.

Akhir kata, gue punya quote buat kita semua yang lagi belajar sekaligus berkarya:

“Berkarya itu candu walaupun proses pembuatannya melelahkan, tetapi setelah selesai, rasanya ingin kembali membuat lagi, rela berstres ria untuk memproduksinya. Kangen yang menyiksa ketika lama tidak berkarya. Jiwa seperti kosong.” – Firman Widyasmara

Jadi gimana? Ga semua hal yang mengandung adiktif itu membahayakan, kan?:D

Btw, kenapa gue nulis ini? Karena gue terinspirasi oleh buku ‘KREATIF SAMPAI MATI!’ karangan @maswaditya. Pikiran gue jadi terbuka untuk menghasilkan hal-hal baru yang kreatif dan bermanfaat bagi semua orang. Baca juga bukunya ya!
(Hendri Fahrezi)